SERBA SEPUH – WARNING ! Artikel ini berisi foto-foto yang menunjukkan adat istiadat budaya bangsa Indonesia masa lalu. Bagi Anda yang tida...

Bali Toples, Buah Dada, dan Perjalanan Hasrat Lelaki Dari Masa ke Masa

SERBA SEPUH – WARNING ! Artikel ini berisi foto-foto yang menunjukkan adat istiadat budaya bangsa Indonesia masa lalu. Bagi Anda yang tidak kuat, silahkan berhenti membaca.
Jujur harus kita akui jika sejarah dan budaya bangsa ini pernah mencatat bahwa dahulu perempuan nusantara tidak menutup buah dadanya?

Pertanyaannya, kenapa sekarang buah dada begitu tabu diperlihatkan dan bahkan menjadi kambing hitam atas hasrat lelaki yang menyala-nyala? Bukankah dahulu wanita tidak menutupi buah dada dan dunia berjalan dengam normal dan baik? Sae-sae wae toh!

Wes siap opo durung, kopi karo cemilane cepakno disik? Mari kita mulai membahasnya. Pada era tahun 1900 an di Eropa wanita berpakaian dengan sangat tertutup, mata kaki kelihatan saja sudah sangat tabu bagi mereka sehingga rok mereka melebar bagai bunga dan kepala selalu dihiasi kerudung dan topi. Tercatat Matahari, perempan Belanda yang belajar menari Jawa mendadak menjadi artis papan atas di Eropa karena menari telanjang. Cerita ini di eropa, bagaimana dengan nusantara?

Tahun 1950an, para pelesir Eropa banyak berdatangan ke Bali, dan mereka menjumpai Bali sangat eksotik dan terlebih lagi, perempuan Bali tidak menutup buah dada nya. Salah satunya gabar yang akan saya sertakan di akhir artikel ini. Tidak berhenti disitu, ternyata di Jawa jaman pra kolonial perempuan juga tidak menutupi buah dada nya begitu juga dengan wanita-wanita di Bugis Makassar. Di Papua sampai detik ini masih sangat eksis perempuan tanpa penutup buah dada.

Pertanyaan sekarang bukan soal menutup atau tidak menutup buah dada, tapi lebih kepada kenapa dahulu dengan wanita tidak menutup buah dada dunia berjalan dengan normal, laki-laki melihatnya dengan biasa-biasa saja, aturan-aturan dan norma berjalan dengan baik, kriminalitas terhadap perempuan tidak tercatat merajalela, bahkan di Bali wanita tetap sangat di junjung tinggi kehormatanya.

Lha sekarang? Boro-boro doeloer tidak menutup buah dada, baru pake yukensi wae, niat sudah heboh dan dijadikan alasan bahwa perempuan lah yang salah hingga mengundang hasrat lelaki.

Apa yang berubah? Apakah cara pandang seksualitas bisa berubah? Atau dengan mudah bisa diartikan bahwa hasrat seksual itu tergantung pada rasa penasaran? Ketika buah dada tidak ditutup laki-laki pun tidak berhasrat melihatnya, tapi justru dengan ditutup laki-laki langsung penasaran dan menciptakam hasrat disana?

Selama ini wanita selalu menjadi kambing hitam terhadap kekerasan dan kriminalitas yang terjadi pada mereka. "Syukurin diperkosa, salahe dewe aurat dipamerke". Terus bagaimana laki-laki dahulu yang melihat buah dada setiap hari?? Kok tidak ada pemerkosaan dengan alasan buah dada di jaman dulu?

Kembali lagi ke pertanyaan yang paling mendasar. Apakah cara pandang seksualitas manusia bisa berubah? Buah dada merupakan objek seksual atau bukan? Kok bisa laki-laki dahulu dan sekarang bisa berubah fokus pembangkit hasratnya?


Tulisan edan siang hari ini tercipta sebagai perenungan, sekalipun vulgar ini jadi pertanyaan yang lumayan idealis. Segala sesuatu dipengaruhi oleh cara pandang, termasuk objek seksualitas. Sepanjang kita berfikir itu porno akan menjadi porno termasuk tulisan ini, namun sepanjang kita tidak menganggapnya porno dan biasa aja, itu akan menjadi biasa wae termasuk foto-foto yang saya lampirkan. Jangan lagi salahkan objek nya, perbaiki isi otak kita. Atur dengan baik sqich on dan swich off cara kerja otak kita. Kapan dipakai untuk seksualitas kapan dipakai untik hal-lain pandangan yang lain seperti untuk melihat foto-foto beriku ini.




















Referensi : [klik]
tropenmuseum

0 Comments: